Apa kabar, Ajeng?

Asmarandhany
4 min readApr 22, 2018

--

It’s late Sunday night, err.. actually it’s Monday morning already.

12.15 AM.

I know i have to go to work tomorrow, plus I’m planning to wake up early to exercise a little bit to burn half a chicken + fries i ate tonight. (Yup, i finished half a chicken in one go 😂).

But here i am, typing away on my phone. (Sebenernya kamar udah gelap, dan gw udah dibalik selimut karena rencana awal adalah mau tidur). Trying to write again. 2nd attempt in 2 weeks. I shouldn’t get discouraged of my unstructured writing. I should just keep doing this, til i feel that i can write effortlessly again.

I have too many things that i want to write, too many ideas and inspirations, but very little motivation these days.

I keep reading and consuming books and articles, hoping that somewhat it would remove the guilt of not trying to write.

At least I'm reading, and reading is part of the writing process.
I'm looking for inspirations.
I'm formulating ideas.

All the crap I’m telling myself to procrastinate and not doing.

So tonight,
despite being Sunday night (Monday morning),
I will write.

***

Gw caught up dengan Kania dan Gebi malam ini. Formasi yang agak jarang, mengingat kita lebih banyak sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan semua dari kita juga punya lingkaran pertemanan lain yang lebih rutin.

Given that this occasion is pretty rare these days, i really tried to make it to come, despite the last minute notice.

Pas gw sampe Loewy (gw dateng paling belakangan), kita buka pembicaraan kita dengan ngomongin buku. Gara-gara nya sih gw dateng sambil bawa kantong plastik Gramedia. Gw abis beli bukunya Ayu Utami yang "Menulis dan Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis" (gw menunda membeli buku ini hampir setahun lamanya, cuma karena gw ga yakin gw akan punya waktu untuk sit down and actually practice writing), lalu gw ceritain lah alasan kenapa gw beli buku ini.

Pembahasan kemudian berlanjut ke bukunya Tere Liye. Ini juga karena minggu lalu gw baru beli buku Tere Liye yang judulnya "Tentang Kamu". Gw agak novice dengan tulisan Tere Liye. Didahului dengan banyaknya pemberitaan kurang enak tentang penulis ini di social media, tapi baca bukunya sih, wagelaseh, bagus banget. Tutur bahasanya tegas, teratur, lantang, tapi juga menawarkan imajinasi yang 'penuh' dan kaya warna. Karakter-karakter yang di introduce di dalam bukunya juga punya kesan yang mendalam dan ga sekedar numpang lewat. Tricky banget lho itu, bisa ngenalin banyak karakter, tapi bisa berbekas semua. Kania lalu menambahkan pendapatnya tentang Tere Liye dan bilang gw harus baca yang judulnya "Hujan".
Gebi, yang kebetulan belum baca any of his books, nambahin pendapatnya about whatever she read online about him.

Pembahasan kemudian berlanjut ke update kehidupan masing-masing.

Giliran Kania.
Giliran Gebi.

Dan gw sibuk mengunyah ayam sambil menyimak dengan seksama. Lucunya, gw sadari sekarang setiap gw listening to someone, gw selalu mencari insights, atau setidaknya keywords dari apa yang berusaha mereka katakan....

Lalu gw berusaha untuk menelan apa yang mereka bilang sampai habis.

Menarik banget apa yang kita bahas malem ini. Update kehidupan buat kita bukan melulu tentang kerjaan, atau hal keseharian aja. Tapi juga gimana perspektif kita dalam melihat sesuatu, menilai, and making important calls (or changes) in our lives. Salah satu pertanyaan yang kita bahas malam ini,
"What thing that makes you feel alive the most?" Lalu pertanyaan selanjutnya adalah "What do you think your passion is?"

As expected, both of their answers are interesting, and very representative of their characters. Maybe knowing them for 13 years helps a lot. Tapi juga ada little surprises, or new things that i only learned tonight about them.

Saat kita diskusi itu, ada momen dimana gw ngerasa bangga banget sama temen-temen gw ini.

OMG, kita udah evolved so much ya dari alay-alay Fikom waktu itu. 🤣

Permasalahan hidup kita makin kompleks, tapi pendekatan kita sebetulnya makin simple. Kita makin kenal diri kita sendiri, dan kita makin lihai menavigasi banyak tantangan-tantangan, yang mungkin, 13 tahun lalu, boro-boro kepikiran exist.

Gw sadar, what put us together is our spirit of fighting. Kita bertiga sama-sama punya semangat juang yang tinggi, punya kecenderungan feminis (meski kadarnya beda-beda banget), dan sama-sama pernah struggled.

Kania itu lugas, lantang, keras kepala dan kritis banget. Dia juga penulis yang kreatif (kadang perfeksionis). At the same time, dia juga mindful dan sebenarnya sensitif dan sangat perasa. Free spirit, tapi juga old soul.

Gebi, sanguinis tapi juga plegmatis. I don’t even have to get her to do the personality test to know that she is a true Sanguine-phlegmatic. Dia itu pintar meramu bahasa, supaya sesuai sama audience nya. She tends to avoid conflict and she has a certain vibe yang bisa bikin orang jadi terbuka sama dia. One of few people i know with this natural talent. She seems to keep a lot of uneasiness to herself, tapi juga sukses menavigasi experience baru nya di motherhood (which I admire her so much for this!)

Ga ngerti kenapa, tapi gw tiba-tiba agak sentimentil aja gitu dengan perasaan ini. Perasaan yang pernah gw rasain dulu, 13 tahun lalu.

Perasaan bersyukur gw diketemuin sama orang-orang yang dimana gw bisa belajar banyak dari mereka, dan belajar bareng dengan mereka.

Perasaan ini..familiar banget.

Gw sekarang inget lagi. Gw yang dulu. Gw yang sensitif. Gw yang perasa. Gw yang suka nulis. Gw yang suka nangis dan ketawa. Gw yang galau. Gw yang jatuh. Gw yang bangun. Gw yang sok kuat. Gw yang sok kuat tapi ketauan. Gw yang nangis lagi. Gw yang terobsesi lulus cumlaude.

Gw..

Gw seolah nemuin diri gw lagi. Sisi yang ini. Sisi yang jarang gw tengok kabarnya bertahun-tahun.

Apa kabar, Ajeng?

Kita lebih sering-sering ngobrol ya mulai sekarang :)

Janji.

--

--

Asmarandhany
Asmarandhany

Written by Asmarandhany

INTJ. I think the best human invention is language. I'd always choose a nice dinner + wine + good convo than clubbing for a good night out.

No responses yet