Mimpi ajaib.

Asmarandhany
3 min readFeb 27, 2021

Semalem gw mimpi sebuah mimpi yg cukup ajaib. Saat bangun, I couldn’t help to wonder what it meant to me psychologically sampe kok, gw mimpi kaya gitu.

Di dalam mimpi, gw mengunjungi diri gw yg berumur 27-28 tahun. Dia terlihat ceria, bersemangat, dan penuh harapan. She was planning her wedding, and she was hopeful about what was to come. Gw tersenyum meringis, dan mengingat bagaimana rasanya saat itu. “You clearly don’t know about what’s coming,” ujar gw dalam hati saat melihatnya ceria.

Di dalam mimpi itu, entah kenapa dia bisa menerima penjelasan gw, bahwa gw datang dari masa depan, dan punya kesempatan untuk mengunjungi diri gw sendiri di masa lalu, 7 tahun yg lalu.

Gw pun gatau gimana kesempatan itu bisa gw dapatkan, kenapa gw bisa mengunjungi diri gw sendiri di masa lalu, dan untuk apa.

Yg gw tau, peraturannya adalah, gw tidak boleh mengatakan sesuatu ke diri gw di masa lalu, yg akan berakibat merubah masa lalu gw. Gw ga boleh misalnya bilang, “No, don’t marry that guy.” Gw hanya bisa mengatakan hal-hal generic yg tidak akan berakibat pada perubahan jalan hidup my old self. Karena hal tsb juga akan mempengaruhi my present self.

Kali pertama gw melihat dia, I awkwardly hugged her. That was my first instinct, to hug her. Although it felt really strange to hug my adult self. Almost like, “I’m not used to hug people" kind of thing.

(Yang mana setelah gw bangun dari mimpi, ditafsirkan menjadi sebuah pertanyaan, Apakah selama ini gw tidak berlaku gentle terhadap diri sendiri? Apakah selama ini gw tidak ‘memeluk' diri sendiri dan being kind to myself?)

Setelah adegan pelukan awkward tersebut, we had some light discussion. She then told me about her plan moving to Melbourne, and how she envisioned her life would be.

Gw tersenyum kecut. “I’m not supposed to say anything to you.”, ujar gw dalam hati. So gw hanya berusaha menanggapinya dengan senyum. “That sounds exciting.”, I replied.

She then went on with her excitement. Kita ngobrol sebentar ttg hal remeh temeh, dan sebelum kita parted ways gw bilang,

“Ajeng?”

“Yes?”

“Remember to always stay true to yourself. Define your own happiness.”

“Eh?”

“Just remember that, please.”

“Ok, thanks.”

She smiled.

*****

Saat gw bangun, gw menyadari bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yg selama ini memandu gw untuk mengambil jalan yg mengantarkan gw hingga sekarang.

Keputusan gw untuk meninggalkan mantan suami gw, meninggalkan Melbourne dan kembali ke Jakarta, keputusan untuk mau menerima dan mengikhlaskan kehilangan pacar pertama gw setelah perceraian yg gw pikir akan menjadi the right one to settle down with, keputusan untuk ga mau entertaining orang-orang yg tidak tepat untuk gw, keputusan untuk knowing what I’m worth so I can leave things that no longer serve me, keputusan untuk mengusahakan sesuatu di luar comfort zone gw karena gw pikir gw layak mendapatkannya, keputusan untuk memutuskan segala sesuatu yg memang sesuai dg values di hidup gw dan ga bohongin diri sendiri dan orang lain.

Kalo lo sendiri, apa advice yg akan lo katakan ke diri lo 7 tahun lalu?

--

--

Asmarandhany

INTJ. I think the best human invention is language. I'd always choose a nice dinner + wine + good convo than clubbing for a good night out.