The Land of Steady Habits
Malam ini gw ga kemana-mana. Friday night. I’m feeling a bit shitty. It’s almost that time of the month, where hormones are taking over me dan biasanya badan gw pasti drop. So gw memilih untuk diem di rumah — thought i deserved some time for myself, reading a book or put on Netflix sounded like the best idea. And so i stayed. (i had a bit of massage too earlier, one of my fav things in the world, yang mungkin aja bisa help me to relax a bit).
Pas gw lagi browsing movies, gw ngeliat 1 title yang theme-nya sepertinya menarik buat gw. judul filmnya The land of steady habits.
Mungkin karena mood gw yang lagi berantakan akhir-akhir ini, ditambah pilihan playlist musik malam ini jatuh ke OST La la land, of which reminds me a lot of Melbourne life episode, the bitter part, rasanya perasaan gw mixed up waktu nonton film ini.
Gw suka filmnya bisa nawarin emotions yang rich. Dengan tema family and relationship, film ini menyuguhkan drama yang unusual dan kerasa authentic banget. Bukan drama biasa yang gampang ketebak, tanpa perlu menjadi too dramatic, ceritanya udah cukup untuk ngebuat gw hanyut dalam emosi. Semua kerasa relevant. Confusion, feeling lost, betrayed, at the same time perasaan pengen banget bisa menunjukkan kasih sayang ke orang-orang terdekat, tapi bingung karena situasi yang complicated.
Ultimately we all want to be happy and we are constantly seeking ways to happiness. Cuma kadang clouded sama ego dan perasaan kalut, sehingga kita ambil keputusan-keputusan yang ga matang. Pada akhirnya kita sadar kalau kita harus man-up, deal with consequences, and just trying to be a better person.
Karakter-karakter yang ada, terutama main character nya, diperankan secara sempurna oleh Ben Mendelsohn. Recommended.
Gw sebenernya ga tau mau nulis apa. Tapi intinya gw cuma mau nulis aja kalau film ini bagus banget. Udah.